Rabu, 03 Juli 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR Di TANGERANG: Klenteng Boen San Bio


Klenteng Boen San Bio, Tangerang


Di Tangerang, terdapat tiga klenteng yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Salah satunya adalah klenteng ini, Boen San Bio. Terletak di Jalan K.S. Tubun no.43 Desa Pasar Baru, Kota Tangerang, Klenteng Boen San Bio dibangun pada tahun 1689.
Klenteng Boen San Bio dibangun oleh pedagang asal Tiongkok yang bernama Lim Tau Koen. Klenteng ini dibangun sebagai tempat untuk menempatkan patung Dewa Bumi (Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin) yang dibawa pedagang tersebut dari Banten. Secara harfiah, “boen san bio” berarti kebajikan setinggi gunung.
Berdiri di atas lahan seluas 4.650 m2, klenteng ini pada awalnya dibangun dari bambu dan kayu dengan dinding dari gedek sementara atapnya dari daun rumbia. Luasnya pun tidak seberapa. Seiring dengan waktu, klenteng ini mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran.
Klenteng ini tercatat beberapa kali memecahkan rekor di Indonesia. Salah satunya adalah rekor thian sin lo (tempat hio persembahyangan) terberat di Indonesia. Thian sin lo seberat 4.888 kg menjadi yang terberat di Indonesia.

Hal lain yang menarik dari klenteng ini adalah adanya petilasan seorang tokoh penyebar agama Islam di Jawa Barat, Raden Surya Kencana, dan istrinya. Awalnya, petilasan ini berada di bagian depan klenteng. Ketika bagian depan klenteng terkena dampak pelebaran jalan, petilasan ini dipindah ke bagian dalam.
Tidak hanya umat klenteng yang bersembahyang di petilasan ini. Pemeluk agama Islam pun sering datang ke klenteng ini untuk berziarah di patilasan Raden Surya Kencana. Selain itu, Yayasan Vihara Nimmala selalu mengadakan syukuran di setiap hari besar agama Islam.
 
DETAILS:





 

KONSERVASI ARSITEKTUR Di TANGERANG: Klenteng Boen Tek Bio


Klenteng Boen Tek Bio, Kota Tangerang


Inilah klenteng tertua di Kota Tangerang. Terletak di Jalan Bhakti No. 14 Kota Tangerang, Klenteng Boen Tek Bio diperkirakan dibangun pada tahun 1684. Klenteng ini dibangun oleh seorang tuan tanah (kapitan).
“Boen” memiliki arti intelektual, “tek” berarti kebajikan, sementara “bio” berarti tempat ibadah. Secara etimologi, “boen tek bio” berarti tempat bagi umat manusia untuk menjadi insan yang penuh kebajikan dan intelektual.

 Atap Klenteng Boen Tek Bio

Bangunan yang pertama dibangun adalah bagian tengah klenteng saat ini. Bangunan ini sempat mengalami renovasi pada tahun 1844. Dalam renovasi ini, sengaja didatangkan ahli bangunan dari Cina. Sehingga, bangunan klenteng yang pada awalnya hanya berupa rumah menjadi seperti yang bisa dilihat seperti saat ini.
Sementara, bangunan di sisi kiri-kanan serta di belakang dibangun kemudian. Bangunan sisi kiri-kanan dibuat pada tahun 1875, sedangkan bangunan di bagian belakang dibangun pada tahun 1904.
Salah satu hal yang menarik pada klenteng ini adalah segala aksesori yang ada di dalamnya. Berbagai aksesori yang ada di klenteng ini, mulai dari tempat sembahyang, papan, serta yang lainnya, berasal dari Cina. Seperti lonceng besar yang terdapat di bagian depan klenteng. Lonceng ini dibuat perusahaan pengecoran Ban Coan Lou di Cina pada tahun 1835. Selain itu, masih di bagian depan, ada pula Singa Batu (Cioh Sai) yang dibuat pada tahun 1827.
Di klenteng ini, diadakan perayaan besar YMS Kwan im Hud Couw atau perayaan arak-arakan Toapekong. Perayaan ini selalu diadakan bertepatan dengan tahun naga, yang terjadi setiap 12 tahun. Perayaan ini dilakukan untuk memperingati kembalinya kimsin Dewi Kwan Im Hud Couw, kimsin Kongco Kha Lam Ya, kimsin Kongco Hok Tek Ceng Sin, dan kimsin Kongco Kwan Seng Tee Kun ke Klenteng Boen Tek Bio.
Saat dilakukan renovasi besar-besaran pada 1844, keempat kimsin tersebut dipindahkan ke Klenteng Boen San Bio yang terletak di daerah Pasar Baru, Tangerang. Saat pengembalian keempat kimsin ke Klenteng Boen Tek Bio, dilakukan arah-arakan. Perayaan pertama YMS Kwan im Hud Couw dilakukan pada tahun 1856.
Terakhir kali, perayaan Toapekong diadakan pada 6 Oktober 2012. Perayaan berikutnya akan diadakan pada 2024. Selain itu, setiap tahunnya klenteng ini pun mengadakan berbagai acara seperti Pe Cun. 
 
DETAILS:
 



 

KONSERVASI ARSITEKTUR Di TANGERANG: Museum Benteng Heritage


Museum Benteng Heritage, Kota Tangerang


Museum Benteng Heritage merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berasitektur tradisional Tionghoa yang menurut perkiraan dibangun pada pertengahan abad 17 dan merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang. Bangunan ini terletak di Jalan Cilame No.20, Pasar Lama, Tangerang yang juga adalah Zero Point nya Kota Tangerang karena disinilah cikal bakal pusat Kota Tangerang, yang dulunya disebut kota Benteng terbentuk.
Tindakan restorasi ini berbekal pada kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah dari setiap budaya dan tradisi yang ada di Bumi Persada Nusantara. Untuk itulah kami tergerak untuk turut berpartisipasi aktif melakukan penyelamatan situs-situs budaya yang masih tercecer agar tidak punah sama sekali dan me-ngakibatkan kita menjadi bangsa yang miskin dengan peradaban sehingga mengalami “amnesia sejarah”.
Di Museum ini Anda akan menemukan banyak hal-hal unik di balik sejarah kehidupan etnik Tionghoa serta berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, mulai dari kedatangan armada Cheng Ho dengan rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal jung besar dan kecil membawa hampir 30.000 pengikutnya. Sebagian dari rombongan ini yang dipimpin oleh Chen Ci Lung diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.

DETAILS:




 

KONSERVASI ARSITEKTUR Di TANGERANG: Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria

Lembaga Permasayarakan Anak Pria, Tangerang
 
Lembaga Permasyarakatan Anak Pria secara administratif berada di Jalan Daan Mogot No. 29 C, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Bangunan tersebut berbatasan dengan Masjid Al Azhom di sebelah selatan, Taman Makam Pahlawan Taruna di sebelah barat, Jalan Daan Mogot di sebelah utara, dan Jalan Satria Sudirman di sebelah timur.
Dilansir laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, lapas anak pria Tangerang dibangun pada masa Hindia Belanda pada tahun 1925, dengan kapasitas hunian 220 anak. Sejak tahun 1934 pengelolaan Lapas ini diserahkan kepada Pro Juventute untuk mengasingkan anak keturunan Belanda yang berbuat nakal. Perubahan fungsi dari Lapas menjadi Markas Resimen IV Tangerang terjadi pada tahun 1945.
Pada tahun 1957-1961, pengelolaan berganti kepada Jawatan Kepenjaraan, yang kemudian berubah menjadi pendidikan negara. Di tahun 1964, pengelolaan bangunan diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan nama Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria.

Remaja Laki-laki sedang menunaikan ibadah sholat
 
Bangunan Lembaga Pemasyarakatan berada di tanah milik negara dengan luas 12.150 m². Arah hadap bangunan ke utara, luas bangunan 3.350 m². Berdasarkan hasil wawancara, bangunan ini mengalami tiga tahap pembangunan. Bangunan pertama yang berbentuk berdenah persegi, berbentuk seperti benteng, karena di keempat sudutnya berbentuk seperti belah ketupat (diamond).
Tahun pendirian awal bangunan Lapas pada tahun 1925. Tahap kedua merupakan pembangunan bangunan bagian tengah, yang sekarang digunakan sebagai ruang tahanan dan kantor administrasi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pembangunan tahap kedua dilakukan sekitar tahun 1970-an. Selanjutnya, pada pembangunan tahap ketiga, yakni pada tahun 2010, dibuat sarana peribadatan dan olah raga di sisi barat dan timur bangunan tahanan.
Bagian pintu dan jendela bangunan Lapas belum banyak berubah kecuali pada pintu masuk utama yang sudah mengalami pergantian bahan dan bentuk. Bagian kusen jendela dan pintu pada bangunan lamanya berukuran besar. Setiap kusen pintu dan jendela diberi teralis. Perubahan material bangunan banyak dilakukan pada bagian genteng, pintu masuk utama, dan beberapa lantai ruangan. Setiap bangunan penjara yang berada di tengah dikelilingi oleh pagar besi.

 

KONSERVASI ARSITEKTUR BRITISH INSTITUTE, BANDUNG

Nama Bangunan Lama     : British Institute
Nama Bangunan Baru      : Heritage Factory Outlet –Bandung
Alamat                           : Jl Martadinata No 63, Bandung

Heritage Factory Outlet, 2019

Sebuah bangunan dengan arsitektur art deco khas bangunan peninggalan zaman kolonial berdiri di Jl Martadinata No 63. Bangunan megah berpilar besar dengan cat warna putih ini kini menjadi salah satu factory outlet ternama di kota Bandung.
Heritage factory outlet, bangunan ini bekas gedung British Institute ini dibangun di tahun 1895-1900 dengan gaya arsitektur Belanda Klasik dengan kolom doriknya yang khas. Namun sampai saat ini arsitek yang merancang bangunan ini belum diketahui.
Bangunan ini merupakan bangunan bekas rumah dinas direktur Gouvernements Bedrijven (GB) yang sekarang disebut Gedung Sate. Selain bangunan ini antik, langka, dan indah juga merupakan satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur klasik yang masih utuh. Pilar ioniknya yang anggun menjadi ciri khas yang memperlihatkan nilai arsitektur yang tinggi.
Bangunan Heritage Factory Outlet satu dari bangunan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan keberadaannya di kota Bandung. Di dalam bangunan Heritage sendiri memiliki jalur yang menghubungkan Heritage dengan FO yang berada di sebelahnya, Cascade yang memiliki konsep arsitektur bergaya modern.

KONSERVASI ARSITEKTUR BANK BUKOPIN, JAKARTA SELATAN

Nama Bangunan Baru         : Bank Bukopin
Nama Bangunan Lama        : Instantiewoning KJCPL – Inter Ocean Lines
 Alamat                              : Jl. Wijaya IX No. 1 Kel. Melawai Kec. Kebayoran Baru
                                            Jakarta Selatan (Jakarta 12160)
Pemilik                              :– KJCPL Inter Ocean Lines
                                           – Bank Bukopin
Arsitektur                          : Villa Modern Tipe Kopel/ Kembar.
Arsitek                               : KJCPL-Inter Ocean Lines.

Instantiewoning KJCPL – Inter Ocean Lines 1950an

Dibangun pada tahun 1950-an. Rencana pembangunan Kebayoran Baru seluas 730 ha disetujui dan disahkan oleh pemerintah pada tanggal 21 September 1948 guna mengatasi pertambahan penduduk yang dramatis dari 823,000 pada tahun 1948 menjadi 1,782,000 pada tahun 1952. Kebayoran Baru dimaksudkan sebagai “kota satelit” yang terpisahkan 8 km sebelah Selatan-Barat daya dari pusat kota Jakarta dan dikelilingi sabuk hijau (green belt) yang terdiri dari Kali Grogol di Barat dan Kali Krukut di Timur, serta Kompleks Gelora Bung Karno di Utara, tempat Masjid Agung Al-Azhar dan Departemen Pekerjaan Umum. Sarana lengkap yang tersedia antara lain, Pasar Santa, Pasar Mayestik, STM Penerbangan, serta kuburan Blok P yang sekarang menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta Selatan yang baru. Kebayoran Baru memiliki konsistensi hirarki jalan dan pengelompokkan lingkungan hunian yang mengelilingi taman hijau. Dibangun sekitar tahun 1950an oleh kontraktor NEDAM sebagai runah tinggal bagi karyawan KJCPL-Inter Ocean Lines. Bangunan ini sekarang berubah fungsi sebagian menjadi Bank BUKOPIN, sebagian lagi menjadi optic dan Bank Permata.Gayaarsitektur rumah-rumah di kawasan ini merupakan ciri khasgayaarsitektur modern yang menggunakan teknologi dan bahan bangunan yang baru pada masa itu. Rumah-rumah tersebut dibuat sangat memperhatikan sistem pengudaraan, dengan mengaplikasikan pengetahuan modern tentang ventilasi. Sehingga menambah kenyamanan dalam iklim tropis yang lembab. Bangunan ini sebenarnya merupakan satu kesatuan dengan bangunan lain disebelah kiri dan kanannya. Dibuat sepanjang blok dimana bagian yang terletak disudut dibuat dua lantai dengan aksen ruang lengkung pada sudutnya. Sistem pengudaraan dibuat sangat baik dengan penempatan lubang-lubang ventilasi diatas jendela.


KONSERVASI ARSITEKTUR GEREJA BETHEL, JAKARTA TIMUR

Nama Bangunan Baru       : Gereja Koinonia
Nama Bangunan Lama      : Gereja Bethel / De Betelkerk
Alamat                            : Jl. Matraman Raya 126 Kel. Balimester Kecamatan Jatinegara                                            Jakarta Timur (Jakarta 13310)
Pemilik                             : Yayasan Gereja Koinonia
Arsitektur                         : Historik Belanda Modern

Gereja Bethel


Dahulu-Sekarang


Dibangun pada tahun 1911-1916. Koinonia berarti “Persekutuan” (bahasa Ibrani). Kompleks gereja yang berada di ujung Jalan Matraman ini merupakan gereja pertama di Kawasan Timur Batavia, saat Meester Cornelis membuka kawasan ini (1881-1918). Gereja ini didirikan setelah seorang mantan Ketua Mahkamah Tinggi Pemerintah Kolonial Belanda marah besar dan merasa tidak setuju dengan khotbah seorang pendeta ultra liberal pada perayaan Paskah awal 1900-an di Gereja Emmanuel yang saat itu masih bernama Willems Kerk. Atap gereja Bethel ini sudah tidak asli lagi, arsitekturnya bergaya vernacular, penerapan gable Belanda dan penerapan salib Yunani pada pediment tympanium. Denah gereja dipengaruhi aturan geometrik. Bentuk segi empatnya dibagi tepat menjadi sembilan bagian, dimana empat sudut terluar berfungsi sebagai ruang tangga, sehingga bagian dalam gereja berbentuk salib simetri. Ruang-ruang tangga dari luar terlihat seperti menara.