Minggu, 26 Mei 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR STASIUN KERETA API BOGOR

STASIUN KERETA API BOGOR


Pada akhir abad ke-19, transportasi kereta api merupakan simbol dari kehidupan modern yang dinikmati kalangan bangsawan elit.
Kereta api mulai dikenal di wilayah Jawa pada tahun 1863.  Pada awal kiprahnya di hindia Belanda kereta api menjadi sarana angkutan untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil industri perkebunan. Tujuan pengangkutan ini adalah untuk kepentingan ekspor sejak era berlakunya tanam paksa.
Kereta api pada masa itu dianggap sebagai sebuah jawaban kebutuhan transportasi yang memadai. Karena sarana transportasi darat yang ada, yaitu Jalan Raya Pos (Groote-Postweg) tidak cukup. Jalan yang dibangun pada masa gubernur jenderal Daendels (1808-1811) itu dirasa kurang memadai lagi untuk mendukung kegiatan arus perdagangan.
Jalur kereta api yang pertama dibangun adalah rute Semarang menuju Yogyakarta. Berikutnya dibangun rute kedua yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor).
Rute kedua ini dimulai pembangunannya pada tahun 1871. Pembangunannya dilakukan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Netherlands East Indies Railway Company (sebuah perusahaan jawatan kereta api Hindia Belanda).
Setelah dibangun selama dua tahun, jalur ini akhirnya dibuka pada tanggal 31 Januari 1873. Jalur Batavia-Buitenzorg ini sangat menguntungkan tetapi disisi lain jalur ini terisolasi dengan jalur NIS lainnya. Yaitu jalur yang menghubungkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tahun 1875 pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat dalam pembangunan jalan kereta api ini. Alasan kepentingan stategis menjadi dasar pemerintah melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan NIS. Kemudian pemerintah membentuk perusahaan kereta Staatsspoor- en Tramwegen in Nederlandsch-Indische. Perusahaan ini kemudian pada tahun 1913 membeli jalur Jakarta-Bogor dari NIS.
Stasiun Bogor 1904
Stasiun Bogor Sekarang
Selanjutnya kontruksi pembangunan rel kereta dari Bogor kembali diteruskan. Tahun 1881, bersamaan dengan difungsikannya Stasiun Bogor yang dibangun setahun sebelumnya. Jalur kereta di Bogor diteruskan kearah Cicurug. Kemudian berlanjut hingga mencapai Cilacap Jawa Tengah pada tahun 1888.
Perubahan dunia kereta api kembali terjadi di Bogor. Era baru yang mewarnai kereta api di Bogor itu terjadi pada tahun 1925. Yaitu dengan dibangunnya kereta jalur listrik yang menghubungkan antara Jakarta dengan Bogor. Jalur kereta listrik ini memiliki kapasitas 1500 Volts DC. Pengadaan kereta jalur listrik ini bertepatan dengan ulang tahun SS (Staatsspoorwegen) yang ke lima belas.
Tampak Depan Stasiun Bogor
Sumber:

KONSERVASI ARSITEKTUR BALAIKOTA BOGOR

BALAIKOTA BOGOR


Balaikota Bogor yang dulunya bernama Societeit terdapat di Jl. Ir. H. Juanda No. 10 dibangun pada masa kolonial Belanda dengan gaya Arsitektur kolonial Belanda pula dengan bentuk persegi empat dan mempunyai halaman yang cukup luas dengan dua pintu halaman  untuk masuk dan keluar, arah hadap bangunan ke arah selatan (jalan raya).
Awalnya bangunan ini digunakan sebagai markas Korem Surya Kencana. Pada tahun 1975 Korem Surya Kencana pindah ke jalan Merdeka dan bangunannya sekarang digunakan sebagai pusat pemerintahan di kota Bogor.
Fasade bangunan berwarna putih disertai dengan pilar – pilar yang ramping pada bagian muka bangunan, ber-atap rendah, dan pada badan bangunan menggunakan profil geometrik yaitu pada bagian dahi jendela dan pintu, sedangkan pada bagian kaki / bawahnya di beri sentuhan batu alam.
Area lahan bangunan seluas  +/- 9.060 m2  telah banyak mengalami renovasi baik pada area halaman dan bangunan itu sendiri sehingga terdapat penggabungan gaya arsitektur pada bangunannya yaitu arsitektur Sunda dan Eropa.  Saat ini bangunan berfungsi sebagai Kantor Pemerintahan Kota Bogor, dan sering pula digunakan untuk kegiatan-kegiatan khusus lainnya di Kota Bogor seperti upacara bendera saat peringatan HUT Kemerdekaan RI.

KONSERVASI ARSITEKTUR PT. TOSHIBA, JAKARTA BARAT

KANTOR PT. Toshiba 



Nama Bangunan : Kantor PT. Toshiba
Alamat : Jl. Kali Besar Barat No. 40, Kel. Pekojan, Kec. Tambora, Jakarta Barat
Tahun dibangun : 1920
Arsitek : F.J.L Ghijsels
Fungsi Awal : Kantor John Peet & Co
Fungsi Sekarang : Kantor PT. Toshiba
Langgam : Art Deco
Kondisi : Cukup Baik

SEJARAH



Pada Tahun 1920, Arsitek Ghijels merancang bangunan ini untuk John Peet & Co. Keberadaan bangunan ini membentuk lingkungan bersejarah di kawasan tersebut yang mempunyai daya tarik Pariwisata, khususnya nuansa Kota Tua.

STYLE BANGUNAN 



Kantor PT. Toshiba ini berlanggap Art Deco dengan ciri khasnya elemen dekoratif geometris pada dinding eksteriornya.



Dapat dilihat pada fasade Kantor PT. Toshiba ini yang dulunya merupakan John Peet & Co. Office Premises, pola garis-garis yang meruakan salah satu ciri Arsitektur Art Deco di Indonesia.



Selain itu, bangunan ini juga bergaya Amsterdam School. Pada Aliran Amsterdam Schoool, tampak luar dan dalam bangunan menjadi suatu kesatuan yang utuh, dapat dlihat pada kesamaan bentuk yang digunakan pada Kantor PT. Toshiba

MATERIAL


Bangunan dari aliran Amsterdam School biasanya memakai bahan dasar yang berasal dari alam yaitu baru bata dan kayu. Serta dapat dilihat dari detail-detail fasadnya.

KONDISI FISIK


Bangunan ini masih sesuai dengan aslinya dan masih berfungsi sebagai kantor, yaitu kantor PT. Toshiba. Bangunan ini masih terawat, hanya ada kerusakan kecil/ringan pada facadenya (diliihat dari detail). Dengan warna dominan yang digunakan putih.

Kesimpulan:
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah bahwa bangunan Kantor PT. Toshiba tidak ada perubahan sama sakali dari bentuk bangunan dahulu yang sebelumnya digunakan sebagai kantor Kantor John Peet & Co yang memiliki gaya arsitektur Amsterdam School dan Art Deco. Hingga saat ini menjadi kantor PT. Toshiba, sedikit sekali bangunan ini mengalami kerusakan pada bangunan. Kemudian pintu, jendela, material dan warna pun tidak ada yang berubah sama sekali. Karena bangunan ini merupakan bangunan yang tergolong A, sehingga harus benar-benar terlihat bentuk aslinya walaupun sudah di revitalisasi dan berubah fungsinya karena ini termasuk bangunan cagar budaya yang dilestraikan oleh pemerintah Jakarta.

Sumber:


Sabtu, 25 Mei 2019

KONSERVASI ARSITEKTUR BAGAN, MYANMAR

BAGAN, MYANMAR

Bagan, kota seribu kuil yang berada di Myanmar ini merupakan salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara. Myanmar yang terkenal akan sebutan negeri seribu candi, demikian sebutannya karena adanya ribuan candi yang berada di negara yang dulunya dikenal dengan sebutan negara Burma. Bagan, adalah sebuah kota kuno yang berada di wilayah Mandalay Burma, Myanmar dihiasi dengan pemandangan ribuan candi-candi tua dengan berbagai ukuran, ribuan pagoda kuno, stupa, aula pentahbisan dan monumen. 

Kuil Bagan adalah salah satu situs arkeologi terkaya di Asia Tenggara. Berbeda dengan candi-candi lainnya dikawasan Asia, kuil disini memiliki 2 ciri khas warna, yaitu putih dan merah bata. Candi di Bagan berukuran cukup besar karena digunakan sebagai tempat pemujaan dan mempresentasikan Gunung Meru, simbol salah satu Dewa dan dibangun sebagai tempat ibadah dan belajar bagi para pengikut ajaran Budha dari kawasan Asia. 

Kota Bagan memiliki minat wisata antara lain:

Ananda Temple
  • Ananda Temple, candi yang selesai dibangun pada tahun 1092 M oleh Raja Kyanzittha ini memiliki tinggi 51 meter. pada tahun 1990 Candi Ananda ini menerima penyepuh emas. Terdapat empat Patung besar dari para Buddha dari empat zaman. Kakusandha menghadap ke utara, Konagamana menghadap ke timur, Kassapa menghadap ke selatan, dan Gautama sebagau Buddha menghadap ke Barat

Candi Gawdawpalin
  • Candi Gawdawpalin, candi ini dibangun oleh Raja Narapatisithu pada abad ke-12 dengan tinggi sekitar 60m. Candi ini Rusak parah dalam sebuah gempa bumi pada tahun 1975, tetapi sudah mengalami rekontruksi.
Kuil Dhammayanyi
  • Dhammayangyi, adalah kuil terbesar di Kota Bagan yang dibangun oleh Raja Narathu (memerintah pada tahun 1167-1170). Kuil ini sering disebut sebagai kuil ganesh karena terdapat gambar gajah yang merupakan dewa hindu.

OLD BAGAN dan NEW BAGAN

Old Bagan

New Bagan

Kota Bagan dibagi menjadi 2 bagian. Bagan kota lama dan Bagan kota baru. 
Dulunya semua pemukiman berada diaerah kota lama dimana terdapat stupa-stupa tersebut. Tahun 90án, mereka dipindahkan ke Bagan Baru (New Bagan) untuk menjadi pemukiman baru. Perbedaannya sangat menonjol didua tempat ini, Bagan Baru adalah daerah baru dengan banyak hotel. Tidak ramai daerahnya dikelilingin pemukiman. Bagan Lama (Old Bagan) daerah dengan dikelilingi pusat pemerintahan dan beberapa stupa disekitarnya. 

Sumber: